Kamis, 18 Juni 2009

thalasemia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN THALASEMIA
Thalasemia sering dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah seperti turki, yunani, cyprus. Di Indonesia, penyakit ini banyak dijumpai, bahkan dikatakan merupakan penyakit darah yang paling sering terjadi dibanding penyakit darah lainnya.
I. Pengertian
Thalasemia adalah :
 Penyakit herediter anemia akibat penurunan / tidak adanya sintesis rantai  /  globin.
 Abnormalitas rantai  dari Hb yang matang.
 Penyakit herediter karena ketidakmampuan membentuk Hb yang matang.
 Penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah sehingga umur eritrosit menjadi lebih pendek.
 Genetik herediter resesif autosom

II. Etiologi
Penyebab thalasemia ada beberapa faktor diantaranya adalah Hemoglobin
yang tidak normal (hemoglobinopati), yang dapat disebabkan karena:
a. Gangguan struktur pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal). Misalnya pada Hb S, Hb F, Hb D dan sebagainya
b. Gangguan jumlah (satu atau beberapa) rantai globin.
c. Gangguan keduanya (struktur pembentukan hemoglobin dan jumlah)  lebih sering
III .Klasifikasi
Disesuaikan dengan rantai Hb yang dipengaruhi dan yang disintesis.
Misal : Rantai    - Thalasemia
Rantai    - Thalasemia
 - thalasemia : Yunani, Italia, Siria
 - thalasemia : Cina, Thailand, Afrika, Mediterania.

Ditemukan >> dan dibagi 3 bentuk
1. Thalasemia minor  Anemia mikrositik: biasanya tidak memberikan gejala klinis
2. Thalasemia intermedia  Splenomegali
3. Thalasemia mayor  Anemia berat: memberikan gejala klinis jelas

III. Gambaran Klinis
Pada thalasemia mayor tanda dan gejala sudah terlihat sejak anak berusia kurang dari 1 tahun. Tanda dan gejalanya adalah:
a. Pucat, lemah, perkembangan fisik tidak sesuai usia, BB kurang
b. Anak lebih besar: gizi buruk, perut buncit (akibat karena pembesaran hati dan limpa)
c. Aktivitas anak terganggu
d. Tanda khas lain: bentuk muka mongoloid, hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, tulang dahi lebar (akibat gangguan perkembangan tulang muka dan tengkorak)
e. Kulit pucat kekuningan, dan jika telah sering mendapat tranfusi darah kulit menjadi kelabu.akibat penimbunan besi
f. Gangguan fungsi hati, limpa, jantung dan organ lain akibat penumpukan besi pada organ tersebut.

IV.Pathways
1. ά Thalasemia

Thalasemia

 - thalasemia


Hypocromik Mycrocytic SDM

MK : Anemia
• Gangguan perfusi jaringan
• Gangguan nutrisi; < dr keb tubuh
• Intoleransi aktifitas Pucat
2. β Thalasemia

 - Thalasemia


Transplantasi Stimulasi Splenektomi
Sum-sum tulang eritopoesis



Hiperplastik sum-sum MK: * Nyeri Hemopoesis
tulang * Intoleransi aktivitas ekstramedular

Perubahan MK : * Resiko infeksi Splenomegali
Skeletal * Cemas Limfadenopati
Transfusi darah MK :
* Ggn nutrisi < kebutuhan tubuh
* Nyeri akut / kronis
SDM  Sempurna


MK : - Gg nutrisi Hemolisis Hemokromatesis
- Gg perpusi jaringan
- Intoleransi aktivitas


Anemia Hemosiderosis



Maturasi seksual Bronze skin Th. Aclation Fibrosis
Terhambat mk: Ggn scr. oral
Konsep diri

- Th. Otatdihals MK : Ggn. Integritas kulit
- Propanolol Transfusi Ggn. Citra diri
- Diet R.garam splenektomi Risiko infeksi


Jantung Spleen Hati Kandung Empedu Pankreas



Failuare Splenektami Sirosis Kolelitiasis DM

Mk : - Ggn. Perfusi jaringan mk: - Pola napas tidak efektif
- Risti Penurunan COP - Gg pertukaran gas
- Gg nutrisi :kurang dari - Nyeri akut / kronis
keb tubuh
V. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Hb  menurun (Hb F meningkat)
2. Kadar besi dalam serum (SI) tinggi, daya ikat serum terhadap besi (IBC) rendah dapat mencapai nol.
3. Pemeriksaan serum bilirubin  bilirubin indirek tinggi
4. Rontgen skelet
5. Pemeriksaan urin & feses
6. Pemeriksaan darah tepi  variasi bentuk & ukuran SDM: anisositosis, hipokromik, poikilositosis, banyak sel normoblast.
7. Pemeriksaan leukosit  N / meningkat
8. SGPT / SGOT  meningkat
9. HbSAg, Anti HbS ag  

VI. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Transfusi
 Mempertahankan kadar Hb antara 10 – 14 gr/dl
 Menekan ketidakefektifan erytopoesis dan mencegah komplikasi dari hipoxia kronik
 Indikasi :
# Nafsu makan buruk
# Penurunan laju pertumbuhan
# Penurunan nilai Hb < 8 gr / dl
# Peningkatan ukuran limpa
 Komplikasi :
# Transmisi infeksi virus mis : Hep. A, B, & C / HIV
2. Terapi Chelation
 Dimulai sejak usia 3 th
 Tujuan untuk mengurangi berkembangnya hemosiderosis dan hemokromatosis
 Pemberian deferoxamin ( Fechelating Agent )  IV dan subcutan  selama 8 – 10 jam selama 5 – 7 mgg
3. Splenektomi
 Menurunkan kebutuhan transfusi dan mempertahankan keseimbangan Fe
 Tidak dianjurkan untuk anak usia < 2 th  Resiko infeksi
4. Transplantasi sum-sum tulang
Prognosis baik pada anak < 16 th tanpa hepatomegali

VI. Komplikasi
a. Akibat anemia yang lama: gagal jantung
b. Gangguan fungsi organ tubuh: kadar besi sangat tinggi akibat tranfusi darah berulang ulang dan proses hemolisis
c. Limpa mudah ruptur
d. Kematian akibat gagal jantung atau infeksi

VI. PENCEGAHAN
a. Konseling pranikah
b. Konseling genetik dan diagnosa antenatal  mengurangi penderita thalasemia baru
c. Bagi pasangan yang sudah memiliki anak dengan thalasemia dianjurkan untuk tidak menambah anak lagi.

VI. PENGKAJIAN
a. Keluhan dan riwayat anemia: lemes, mudah lelah, tidak aktiv dalam aktivitas, nafsu makan turun, anak tampak malas.
b. Riwayat keluarga: riwayat anggota keluarga dengan anemia, kelainan darah, dan keluarga dengan thalasemia.
c. Pemeriksaan fisik: pucat, sklera kekuningan, konjungtiva anemis, kulit kuning atau keabu-abuan, perut buncit, BB turun, hepatosplenomegali, terdapat pelebaran tulang tubuler pada kranium
d. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah: anemia mikrositik hipokromik (MCV dan MCHC turun), retikulosis, dan dari morfologi sel terdapat sel target, teardrop, anisositosis, poikilositosis, normoblast, Hb F meningkat, osmotik fragilitas menurun, serum feritin meningkat






2. Diagnosa keperawatan yang muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, anoreksia
c. PK: Anemia
d. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang
e. Resiko infeksi
f. Cemas pada orang tua
3. Intervensi



















1
































2.







































3



























4. Intoleransi aktivitas b/d fatigue, ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai
Batasan karakteristik :
 melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
 Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
 Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.






















Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, anoreksia

Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Mudah merasa kenyang
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Keengganan untuk makan
- Kurang berminat terhadap makanan






















Cemas b/d perubahan status kesehatan anak
Ditandai dengan
 Gelisah
 Insomnia
 Resah
 Ketakutan
 Sedih
 Fokus pada diri
 Kekhawatiran
 Cemas
















PK: Anemia

NOC :
 Energy conservation
 Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara man
























NOC :
 Nutritional Status : food and fluid Intake
 Weight control
Kriteria Hasil :
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Keluarga mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti



























NOC :
 Anxiety control
 Coping
 Impulse control
Kriteria Hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan













Perawat dapat melakukan pencegahan untuk meminimalkan terjadinya anemia berkelanjutan








NIC :
Activity Therapy
 Bantu keluarga untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Bantu keluarga untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
 Monitor respon fisik
 Monitor aktivitas bermain

(1) Energy Management
 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
 Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
 Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
 Monitor respon anak terhadap aktivitas bermain

NIC :
Nutrition Management
 Kaji adanya alergi makanan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
 Anjurkan pasien untuk mengurangi intake Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
 Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Ajarkan keluarga bagaimana membuat catatan makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nuntrisi


NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
• Gunakan pendekatan yang menenangkan
• Nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku
• Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
• Pahami prespektif keluargakeluarga terhdap situasi stres
• Temani keluarga untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis penyakit anak
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Identifikasi tingkat kecemasan
• Bantu keluarga mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
• Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
• Jelaskan tentang penyakit, penatalaksanaan penyakit, dan prognosa.


1.Pantau tanda dan gejala anemia
 Adanya letargi
 Adanya kelemahan
 Keletihan
 Peningkatan pucat
 Dyspneu saat melakukan aktivitas
2.Monitor kadar Hb
3.Kolaborasi perlunya pemberian transfuse
4.Monitor tanda penumpukan besi

hiperemsis gravidarum

A. Pengertian
Hiperemsis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya (http://zerich150105.wordpress.com/).
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing (http://healthblogheg.blogspot.com/).
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda (http://healthblogheg.blogspot.com/).

B. Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :
a) Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.
c) Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
d) Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien (http://zerich150105.wordpress.com/).

C. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
(http://zerich150105.wordpress.com/).

D. Tanda Dan Gejala
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
a) Tingkatan I :
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
b) Tingkatan II :
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
c) Tingkatan III:
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.(http://healthblogheg.blogspot.com/)

E. Komplikasi
Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan depresi (http://healthblogheg.blogspot.com/)

F. Pemeriksaan Diagnostik
ü USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
ü Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
ü Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
(http://zerich150105.wordpress.com/)

G. Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin

Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.

Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

Diet
a) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat - zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

ASKEP HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
b. Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c. Eliminasi
Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
d. Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
e. Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
f. Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
g. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
i. Pembelajaran dan penyuluhan
ü Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama.
ü Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
ü Turgor kulit, lidah kering
ü Adanya aseton dalam urine
(http://zerich150105.wordpress.com/)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
2. Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
3. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.
4. Activity intolerance berhubungan dengan kelemahan.
(http://zerich150105.wordpress.com/)

C. Rencana Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
Intervensi
1. Batasi intake oral hingga muntah berhenti.
R/ Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.
2. Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya Phenergan 10-20mg/i.v.
R/Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.
R/Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit
4. Catat intake dan output.
R/Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
6. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
R/dapat menstimulus mual dan muntah
7. anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the (panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur
R/Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih
8. Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu.
R/Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
9. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
R/Untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
10. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih mulut sesering mungkin.
R/Untuk mempertahankan integritas mukosa mulut
11. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
R/ Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_337">dl atau kadar Ht < class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_340">dipertimbangkan anemi pada trimester I.
12. Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa..
R/ Menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis dan Hipertensi karena kehamilan.
13. Ukur pembesaran uterus
R/Malnutrisi ibu berdampak terhadap pertumbuhan janin dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran pcrkembangan janin dan kcmungkinan-kemungkinan lebih lanjUT
14.
15. 2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
Intervensi Dan Rasional
No
Intervensi
Rasional
1.Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester
2.Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum, gastritis.
Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3.Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar
Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
4.Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.

3) Cemas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi kehamilan
Intervensi Dan Rasional
No
Intervensi
Rasional
1.Kontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung
Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
2.Kaji tingkat fungsi psikologis klien
Untuk menjaga intergritas psikologis
3.Berikan support psikologis
Untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling percaya
4.Berikan penguatan positif
Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan
5.Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal
Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien

4) Activity intolerance berhubungan dengan kelemahan
Intervensi Dan Rasional
No
Intervensi
Rasional
1 Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
. Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus
2 Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat.
Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.
3 Bantu klien beraktifitas secara bertahap
Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
4 Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi
Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai indikasi.
(http://zerich150105.wordpress.com/)
D. EVALUASI
ü Mual dan mutah tidak ada lagi.
ü Keluhan subyektif tidak ada.
ü Tanda-tanda vital baik.
Powered By Blogger